Dari ide kilat menjadi karya nasional — tiga mahasiswa Teknik Informatika Universitas Maritim Raja Ali Haji buktikan keberanian bisa menembus panggung prestisius.
Pernahkah terbayang ide yang lahir di tengah deadline justru membawa nama kampus bersinar?
Itulah kisah Widya (2301020113), Aidil Baihaqi (2301020006), dan Muhammad Thesar (2301020052), tiga mahasiswa Teknik Informatika yang tergabung dalam tim BengkelAI.
Mereka berhasil menorehkan prestasi dengan masuk final 10 besar DeveloperDay .idFest 2025, sebuah ajang inovasi digital bergengsi yang diselenggarakan oleh PANDI.
Tahun ini, terdapat lebih dari 200 proposal yang masuk ke meja panitia, berasal dari mahasiswa, startup, hingga komunitas teknologi. Dari ratusan tim itu, hanya 10 tim terbaik yang mendapat tiket ke babak final — termasuk BengkelAI.
DeveloperDay .idFest merupakan festival identitas digital terbesar di Indonesia, sekaligus pintu menuju kompetisi internasional APICTA 2025 di Taiwan. Ajang ini mempertemukan ide-ide kreatif anak muda dari seluruh Indonesia untuk memberikan solusi digital nyata bagi masyarakat.
Kompetisi ini tidak hanya menilai produk akhir, tapi juga proposal ide, kelayakan inovasi, hingga dampak sosial yang bisa dihasilkan. Dengan begitu, peserta dituntut tidak sekadar jago coding, tetapi juga mampu menawarkan konsep bisnis dan keberlanjutan produk.
Dalam kompetisi ini, tim BengkelAI menghadirkan platform AI untuk bengkel motor, dengan fitur inovatif seperti:
- Mendiagnosis kerusakan motor secara otomatis.
- Memberikan estimasi biaya perbaikan.
- Merekomendasikan bengkel terdekat.
- Menyediakan dashboard interaktif bagi bengkel untuk mengelola layanan dan menarik pelanggan.
“Awalnya kami membentuk tim dengan persiapan yang sangat mepet, benar-benar dari nol. Tidak disangka bisa lolos 10 besar,” ungkap Widya.
Meski belum berhasil menembus tiga besar yang berhak mewakili Indonesia ke Taiwan, capaian tim BengkelAI tetap menjadi kebanggaan besar bagi kampus.
Menurut Aidil, “Lomba ini bukan soal menang atau kalah, tapi tentang berani mencoba.”
Thesar menambahkan, “Rasa takut wajar, tapi jangan sampai membuat kita berhenti. Ambil risiko, gagal tidak apa-apa, yang penting kita berani.”
Menariknya, banyak tim yang berhasil masuk tiga besar memang sudah mempersiapkan produknya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelumnya. Sedangkan BengkelAI, menurut pengakuan tim, baru lahir sekitar satu bulan sebelum deadline lomba. Fakta ini justru semakin menunjukkan daya juang dan keberanian mereka untuk menembus persaingan nasional.
Kisah mereka menjadi pengingat bahwa inovasi tidak selalu lahir dari persiapan panjang.
Terkadang, ide yang datang di tengah keterbatasan justru bisa menjadi langkah awal menuju prestasi besar.
Dengan semangat itu, tiga mahasiswa ini membuktikan bahwa talenta kampus siap bersaing di panggung nasional, membawa nama baik almamater, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.